Kamis, 30 Desember 2010

7 Fakta-fakta Menarik Piala AFF 2010

Di dunia sepakbola, Turnamen Piala AFF memang memiliki skala kecil. Turnamen yang dihadiri tim-tim kecil seperti Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam memang ibarat gurem kalau dibandingkan Piala Eropa atau Piala Dunia.

1. Perempuan  Juga Termehek-mehek dengan Sepakbola
Dengan kehadiran Irfan Bachdim dan Pinoy Model Agency, maksud kami timnas Filipina, turnamen ini sontak menjadi pusat perhatian perempuan. Sepanjang kejuaraan, Irfan Bachdim jadi primadona baik di Twitter maupun di pergunjingan di luar internet. Namanya sudah jadi pembicaraan umum bagi mereka yang berselera dengan olahraga yang menampilkan cowok-cowok keringetan lari-lari di lapangan rumput. Namanya disebut-sebut entah berkaitan dengan kelihaiannya meracik bola di lapangan atau murni karena ketampanannya.  Konon bahkan dia bahkan sudah ditawari main di sinetron dan membintangi iklan. Tampan dan berprestasi memang perpaduan yang menarik. Padahal di belahan Indonesia lain ada Mike Lewis yang sekilas mirip dia. Tetapi, karena Mike Lewis pekerjaannya hanya main film kelas kancut dan menghangatkan ranjang Tamara, maka dia tidak ada apa-apanya dibanding Irfan. Hei, saking memesonanya Irfan, mungkin Tamara pernah minta Mike untuk memakai kostum timnas demi memuaskan fantasinya ke Irfan. Selain Irfan ada duo Younghusband di Filipina. Nama mereka mungkin jadi bahan olok-olok paling klasik di sejarah AFF, tetapi harus diakui kalau pengabdian dia pada dunia model dan akting membuahkan hasil juga akhirnya.
Namun, di mata pendukungnya turnamen ini tetaplah sebuah pesta rakyat. Laga yang dihelat di Indonesia, Vietnam, dan Malaysia ini selalu disambut antusias. Mereka tidak peduli kalau yang bertanding bukan David Beckham atau Lionel Messi. Bagi mereka, Bustomi adalah Roy Keane lokal. Boleh saja secara teknik jauh, tetapi kalau sudah cinta bahkan seorang Fernando Torres jadi tidak ada apa-apanya. Jelang final yang akan dimulai pada tanggal 26 Desember 2010 nanti, Tanagok.com akan memberikan ulasan dan fakta menarik soal AFF 2010 sejauh turnamen ini digelar sampai saat ini.

Kalau saya tidak boleh pakai dasi ini saat bertandingdi timnas PH, saya tidak mau main bola lagi.


 2. Naturalisasi dan Pemain-pemain Keturunan
Piala AFF tahun ini banjir dengan pemain yang wajahnya tidak berparas ala Asia Tenggara. Di satu sisi memang memunculkan fenomena Bachdim dan Younghusband, di sisi lain kelihaian mereka memberi warna lain di turnamen ini. Lagi-lagi Filipina jadi contoh. Biasanya untuk level sepakbola Asia Tenggara yang tergolong kelas bawah ini, Filipina adalah tim yang terlalu kenyang dibulan-bulani dengan gol. Tetapi, tahun ini mereka justru menjelma jadi kekuatan baru. Masuk semifinal juga jadi prestasi terbaik mereka selama keikutsertaannya di ajang ini. Pemain naturalisasi dan warga negara keturunan ini memang mampu menjadi inspirasi. Untuk kasus Filipina memang kekuatan tim itu hanya berpusat di bule-bulenya saja. Ketika bule-bule itu mengoper ke pemain yang bukan keturunan, biasanya permainan mereka jadi kacau. Namun, kehadiran pemain asing ini tidak otomatis membuat tim tergantung pada mereka semata. Indonesia menunjukkan bahwa kekuatan sebuah tim adalah tim itu sendiri. Cristian Gonzales memang jadi inspirator, tetapi kunci permainan tetap ada pada keseluruhan tim. Itu mengapa banjirnya pemain bule dengan fisik dan teknik lebih baik tidak menjamin tim jadi juara. Lihat saja Singapura yang tahun ini tidak ada gemanya.
Lihat, saya jadi warga negara Singapura sekarang. Main di luar negeri untuk meningkatkan skil. Main di LSI dan saya jadi : dodol. 

3. Nomor Tiga di EPL, Nomor Satu di LSI
Lagi-lagi menyoroti pemain bule. Satu hal yang selalu dibicarakan saat Filipina bertanding adalah Neil Etherigde. Selalu disebut-sebut sebagai kiper nomor tiga Fulham, kehadirannya di lapangan cukup bikin getir striker lawannya. Padahal kapasitasnya hanya kiper ketiga, nomor tiga setelah dua kiper lain di Fulham yang memiliki nama jauh lebih sulit dibaca: Mark Schwarzer dan Pascal Zuberbühler.  Tapi untuk kelas Asia Tenggara itu prestasi yang lumayan. Usianya juga masih 20 tahun, prospeknya masih panjang. Ben Foster dulu juga kiper ketiga Manchester United. Sekarang dia digadang-gadangkan jadi … kiper ketiga timnas Inggris. Namun, di balik kenomortigaan Neil, ternyata yang jadi berlian turnamen justru yang punya predikat nomor satu. Cristian Gonzales berkali-kali jadi nomor satu untuk urusan mencetak gol di liga di Indonesia. Dengan skill yang memang masih oke padahal usia sudah 34, Cristian Gonzales jadi predator (mengutip istilah komentator RCTI yang selalu disebutkan berulang-ulang). Bule satu ini memang secara teknik pantas mendapat tempat di klub papan tengah di liga Spanyol. Sayang, masa lalu buruk berkat tempramennya yang luar biasa tidak terkontrol mengakibatkan dia hanya bisa berkompetisi di liga kelas bawah di negeri yang sepakbolanya inferior. Di liga itu, Gonzie seperti tiada lawan. Sekarang Gonzie memang sudah berbeda. Tidak ada lagi tinju melayang dari tangannya. Yang ada adalah Cristian Gonzales yang cuek saja ketika dipanas-panasi pemain Filipina. Gonzie sekarang adalah seorang pesepakbola profesional yang mengajarkan pemain-pemain Indonesia bagaimana jadi pemain bola yang jempolan. 
 
 Forlan bisa Sepatu Emas, saya juga bisa!

4. Gelora Bung Karno
Seperti namanya, stadion GBK menggelora layaknya Bung Karno yang selalu menggebu-gebu saat berorasi. Sepanjang turnamen digelar, stadion ini memang jadi stadion tersibuk di bulan Desember. Bahkan Stamford Bridge saja tidak sesibuk ini akibat salju menerpa dan big match pun ditunda. Sejak pertandigan melawan Thailand, GBK seolah jadi pesta rakyat. Mulai dari pertandingan itu, stadion selalu disesaki penonton lebih dari 85.000 penonton. Sebanding dengan final Piala Dunia 2010. Itu berarti Indonesia telah menggelar tiga final Piala Dunia jika dilihat dari jumlah penonton! GBK memang menakjubkan. Bahkan Simon McMenemy, pelatih Filipina mengatakan bahwa dia belum pernah merasakan animo seperti ini di Premiere League. Wajar sih, Indonesia walau prestasi sepakbolanya memprihatinkan, namun untuk urusan suporter jangan tanya. Walau begitu, bukan berarti GBK tanpa cela. Masih banyak catatan yang harus diperhatikan. Pertama adalah spanduk mendukung Nurdin yang tidak pada tempatnya. Kedua adalah soal calo. Dan, yang paling parah adalah keamanan di stadion itu yang membuat penonton Malaysia harus diungsikan, barang-barang yang seharusnya tidak boleh dibawa (mercon, suar, laser), dan juga sistem tiket yang kacau balau. 
Piala Dunia 2026, Argentina di final bermain di GBK melawan serbuan alien planet 51 yang bersenjatakan  laser.
5. Juara Baru
Sejak penyelenggaraan AFF yang dulu diberi nama Piala Tiger, juaranya paling bergilir antara Thailand dan Singapura. Vietnam lalu menyusul sebagai nama baru di deretan juara. Tahun ini dipastikan akan berbeda karena finalnya adalah Indonesia dan Malaysia. Indonesia memang tahun ini tampil menawan. Sampai saat ini mencatat rekor sempurna dengan menang lima kali berturut-turut. Tangan dingin Alfred Riedl memang mengubah pola permainan tim secara keseluruhan.  Tidak ada lagi tekel-tekel ala tarkam yang mengerikan. Umpan ngaco digantikan umpan-umpan yang akurat dan variatif. Intinya pemain Indonesia bermain lebih berani dan sepanjang 90 menit selalu menyerang dan mencoba berbagai cara untuk menembus pertahanan lawan. Di sisi lain Malaysia juga tidak kalah menarik disimak. Memiliki postur tubuh rata-rata yang mirip, permainan mereka meningkat setelah dibantai Indonesia 1- 5 di penyisihan. Pola permainan mereka lebih teratur setelah itu. Dan, puncaknya adalah membuat frustrasi Vietnam di semifinal yang membuat mereka lolos ke final. Duel dua negara tetangga ini tentu bakal seru. Secara politis Malaysia dan Indonesia juga bersitegang terus menerus, mulai dari kasus klaim produk kebudayaan sampai masalah serius lain seperti Ambalat. Di ajang ini mudah-mudahan bisa jadi pelampiasan positif kemarahan penduduk kedua negara ini. Ketimbang demo nggak jelas di jalanan, mending lampiaskan uneg-uneg di Lowyat dan Kaskus saja, dua forum diskusi terbesar masing-masing negara.

Kami mengerti kalau kalian sekarang dukung Indonesia di AFF, tetapi itu kutang buat main basket, Timnas Indonesia belum pernah buat kostum seperti itu.   





 6. AFF jadi Perhatian Publik Sepakbola Dunia .. di Twitter
Indonesia sudah mendapat predikat  sebagai  ibukota Twitter di Asia. Maka, ketika ajang ini mendapat antusiasme yang membahana di Twitter, AFF pun menjadi bintang. Hebohnya AFF bahkan menarik perhatian pemain sepakbola kelas dunia seperti Rio Ferdinand, Ryan Babel, dan Cesc Fabregas. Rio adalah tokoh yang paling bawel mendukung Indonesia di twitter-nya. Semua berkat followers dia yang heboh minta dukungan dari dia. Rio memang sudah lama kenal Indonesia. Selain tentu dia ingat bahwa dia harusnya ke Indonesia tahun lalu jika bukan karena teroris bangsat yang merusak semuanya. Rio makin penasaran dengan Indonesia ketika dia ingin meluaskan jumlah followers-nya dengan membagi satu unit Xbox 360. Pemenang diberikan kepada follower ke 50.000 dan jatuh ke Roy Sitepu asal Indonesia. Sejak saat itu followers Rio dipenuhi tweeps dari Indonesia, dan dia secara reguler memanggil mereka Twitfam from Indonesia. Maka, jangan heran kalau dia kerap menyebut Indonesia. Ryan Babel sendiri menyebut Indonesia karena dia secara personal mengenal Irfan Bachdim saat masih main di Ajax. Uniknya, Younghusband bersaudara tidak pernah disalami oleh pemain-pemain terkenal Chelsea. Yeah yang benar saja, memang pemain mana yang didikan Chelsea yang sudah terkenal.
Melihat Okto, dia mengingatkan saya dengan Tevez. Bukan, bukan ingat karena kejadian di foto ini. 

7. AFF Dihitung Sebagai Pertandingan Persahabatan
Buat yang belum tahu, AFF sebenarnya hanya dihitung sebagai pertandingan persahabatan. Dalam sistem peringkat FIFA, poin pengali yang didapat dari pertandingan jenis ini adalah yang paling rendah. Bobot tinggi hanya diberikan untuk pertandingan kualifikasi kejuaraan kontinental, lalu di atasnya adalah pertarungan di atas kualifikasi kejuaraan kontinental, lalu paling tinggi adalah laga Piala Dunia. Tapi, meski poinnya kecil dan mungkin hanya menaikkan peringkat Indonesia tidak banyak, antusiasme tetap besar. Coba cek poin GBK lagi untuk jelasnya. Dengan kenyataan ini, Indonesia memang butuh lebih berbicara lagi di kejuaraan yang lebih berkelas. Sayang sekali Indonesia tidak lolos ke Piala Asia tahun depan. Bahkan SEA Games pun tidak mendapatkan poin yang besar. Dengan semangat sebesar ini, sudah saatnya Indonesia menjajal tim-tim dari belahan Asia lain.
Walau bukan turnamen besar, Indonesia tetap memesona. Hidup Garuda!
 sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

New Post

Followers

Info Site

free counters

About Us